Kursi kepengurusan RT/RW kerap dibiarkan kosong alias jarang yang melirik. Umumnya hanya orang-orang tua yang akhirnya mau mengisi kekosongan tersebut, atau orang yang itu-itu saja. Sangat sedikit generasi muda yang mau memegang amanat untuk menjadi pengurus di lingkungannya.
Akibatnya jarang terjadi regenerasi dalam kepengurusan RT/RW. Program yang dijalankan pun itu-itu saja, atau bahkan mungkin tak ada program sama sekali. Kepengurusan RT/RW hanya sebatas administratif belaka.
Baca juga: Kriteria Sosok Ketua RT Idaman
Bagi generasi muda, mungkin menjadi pengurus RT/RW hanya merepotkan dan bukan tugas yang 'seksi.' Terlebih bila anak-anak muda di lingkungan tersebut lebih banyak beraktivitas di luar lingkungan kompleks perumahan, dan hanya menjadikan rumah sebagai tempat tidur. Padahal sebenarnya banyak keuntungan yang bisa dipetik bagi generasi muda bila terjun ke pengurusan RT/RW.
Belajar berorganisasi
Bila di sekolah atau kampus pengalaman berorganisasi didapatkan dengan mengikuti berbagai kegiatan sekolah atau kampus dengan sebagian besar anggotanya adalah teman-teman sebaya, maka ketika berorganisasi di lingkungan akan mendapat pengalaman berbeda.
Kehidupan yang majemuk dengan tingkat usia warga yang berbeda, misalnya berhubungan dengan orang yang jauh lebih tua, bisa mengajarkan banyak hal. Belum lagi bila para pengurus RT/RW mesti berhubungan dengan aparat pemerintahan, seperti lurah, camat, dan lain-lain. Mereka bisa mengetahui bagaimana sebuah birokrasi dari pemerintahan formal.
Lebih bersosialisasi
Dengan menjadi pengurus RT/RW generasi muda juga dapat lebih mengenal warga-warga setempat. Tak hanya yang sebaya dengan mereka, tapi juga dengan orang-orang yang usianya jauh berbeda, lebih tua atau lebih muda. Dengan begitu rasa kepekaan sosial pun dapat makin ditumbuhkan.
Baca juga: Mengapa Banyak Yang Menolak Jadi Ketua RT?
Belajar menyelesaikan masalah
Problem solver atau kemampuan menyelesaikan masalah adalah salah satu skill yang dibutuhkan pada tenaga kerja di era industri 4.0. Masalah dalam sebuah lingkungan perumahan beragam, mulai dari masalah kebersihan hingga pertikaian antar-warga. Jadikan berbagai permasalahan tersebut untuk mengasah kemampuan para anak muda dalam menyelesaikan masalah.
Mencurahkan ide
Generasi milenial dan generasi Z umumnya memiliki pola pikir yang berbeda dengan para seniornya, yaitu generasi X atau bahkan generasi baby boomer. Mereka hidup di era yang serba digital dengan teknologi yang menempati tahta tertinggi. Karena itu jarang ide-ide mereka diwujudkan di lingkungan yang diurus oleh orang-orang di generasi yang lebih tua.
Namun dengan terlibatnya generasi muda menjadi pengurus, kebuntuan tersebut bisa dicairkan. Ide-ide yang lebih kekinian untuk lingkungan perumahan bisa diimplementasikan. Sehingga sebuah kompleks perumahan bisa 'disulap' menjadi lebih kekinian dan memudahkan kehidupan para warga. Misalnya, menggunakan aplikasi untuk pembayaran iuran RT, penyampaian keluhan, atau program pembuangan sampah dengan memanfaatkan komunitas-komunitas bank sampah.
Baca juga: Bawa Anjing Jalan-jalan di Sekitar Kompleks Ada Etikanya
Memperbanyak networking
Sambil menyelam minum air, itulah pepatah untuk menggambarkan manfaat ini. Dengan terlibat dalam kepengurusan RT/RW terbuka kesempatan untuk bekerja sama dengan warga-warga lain. Bukan tidak mungkin bisa terjalin kerja sama bisnis dengan sesama pengusaha, atau mendapat kesempatan bekerja di salah satu perusahaan milik warga. (YBI)
Foto ilustrasi: Pexels
Follow Instagram @ETALASEBINTARO
No comments:
Post a Comment