CIANJUR-- Terhambatnya indeks pendidikan terhadap akselerasi peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) di Cianjur. Namun, penyakit tersebut telah terditekasi oleh Komisi D DPRD Kabupaten Cianjur, berdasarkan hasil survey kelapangan. Pasalnya, yang menjadi penyebab terhambatnya indeks pendidik dari rata lama sekolah (RLS) dengan rentang usia dari umur 25-44 tahun warga Kabupaten Cianjur yang masih di kisaran 7 tahun atau setara kelas 1 SMP.
Demikian hal tersebut, disampaikan Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Cianjur, Atep Hermawan Permana, kepada wartawan, Minggu (19/6/2022). Menurutnya, tolak ukur indeks pendidikan tersebut, menggunakan dua indikator yakni angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dan RLS. AMH diukur melalui kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan RLS dihitung menggunakan tiga variabel yakni partisipasi sekolah, tingkat atau kelas yang sedang atau pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
"Jika mau mengacu ke indikator-indikator RLS, di Kabupaten Cianjur kami mendapati masih banyak masyarakat rentang usia 25-44 tahun yang hanya lulusan SD atau kisaran kelas 1 SMP. Hal inilah yang menjadi penyebab, masih rendahnya indeks pendidikan yang berdampak terhadap IPM," tegas legislator dari Fraksi Partai Golkar tersebut.
Atep mengaku jika diwilayah Kabuaten Cianjur tersebut, ada ribuan jiwa warga yang RLS-nya masih cukup rendah. DPRD pun mendorong ada formulasi agar RLS warga Kabupaten Cianjur bisa meningkat. "Memang selama ini, kamipun sudah melakukan rapat kerja dengan pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) yang dilanjutkan rapat pimpinan kami. Saat itu, dihadiri oleh Sekda Canjur dan Asda I Pemkab Cianjur. Kamipun mengusulkan agar Cianjur bisa fokus meningkatkan sektor itu (RLS). Insya Allah akan menyumbangkan poin untuk meningkatkan IPM," terangnya.
Dia mengatakan sarana pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang ada diwilayah Kabupaten Cianjur itu, merupakan salah satu solusi meningkatkan RLS warga dengan rentang usai 25-44 tahun. Ironisnya, sebut Atep, hasil konfirmasi ke Disdikpora Kabupaten Cianjur, tidak ada anggaran untuk menunjang peningkatan RLS.
"Bahkan, kami dari komisi D DPRD Kabupaten Cianjur, dorong Disdikpora Kabupaten Cianjur agar supaya fokus menganggarkan pada anggaran perubahan dengan melibatkan PKBM-PKBM agar memaksimalkan materi pengajaran kepada warga rentang usia 25-44 tahun. Kami meyakini, jika hal ini berjalan maksimal, maka IPM Kabupaten Cianjur bisa terdongkrak," imbuhnya.
Komisi D pun, kata Atep meminta agar Disdikpora Cianjur dapat mendata ulang warga Kabupaten Cianjur dengan rentang usia 25-44 tahun. Kemudian dilakukan pemilahan warga yang lulusan SD, SMP, atau SMA. "Memang untuk lebiih mempercepat, pendataan itu bisa melibatkan aparatur desa di masing-masing wilayah karena lebih berdekatan dengan masyarakat. Jika sudah ada database yang riil, kami juga akan membantu mendorong ke pemerintah daerah agar mengalokasikan anggarannya," tandasnya.
Sebelumnya, Plt Kepala Disdikpora Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim, menuturkan rata lama sekolah di Kabupaten Cianjur di kisaran 7 tahun atau setara kelas 1 SMP. Kondisi tersebut membuat indeks pendidikan relatif cukup jeblok. " Ini juga berpengaruh terhadap IPM," kata Akib, belum lama ini.
Akib mengaku ini perlu dilakukan kembali pendataan dan pemetaan anak usia sekolah yang tidak mengeyam atau melanjutkan pendidikan. Formulasinya dibahas bersama PKBM yang notabene berhubungan langsung dengan lingkungan masyarakat. "Ini merupakan salah satu upaya meningkatkan indeks pendidikan untuk menunjang peningkatan IPM Kabupaten Cianjur," ujarnya.
Menurutnya, satu di antara formulasinya yakni mendata warga berusia di atas 21 tahun yang merupakan lulusan SD, SMP, dan SMA. Setelah data dikantongi, Disdikpora Kabupaten Cianjur akan melaporkan ke Bupati serta DPRD. "Memang kita, sedang mencari solusinya bersama-sama untuk meningkatkan IPM," pungkasnya= SYA.
No comments:
Post a Comment