Sampah menjadi isu serius, bukan hanya di tingkat nasional tapi juga global alias dunia. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan mulai tumbuh subur di berbagai kalangan. Banyak komunitas atau lembaga nirlaba yang berkegiatan untuk mengampanyekan lingkungan tanpa sampah.

Banyak sekali permasalahan yang timbul bila sampah tidak dikelola dengan baik. Selain mencemari lingkungan yang ujung-ujungnya akan membahayakan kesehatan masyarakat itu sendiri, sampah juga bisa menjadi bom waktu. Sampah yang ditumpuk di suatu daerah bisa longsor, bahkan gas metan yang ditimbulkan sampah lama-lama bisa meledak. Seperti yang terjadi pada tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Bandung, pada Februari 2005.

Baca juga: 5 Hal yang Harus Dilakukan Warga Ketika Terjadi Kebakaran di Kompleks

Di Tangerang Selatan (Tangsel) sendiri, masalah sampah juga cukup membuat pusing pemerintahan kota Tangsel. Tahun 2020 lalu, TPA Cipeucang di Kecamatan Serpong, Tangsel, sempat longsor dan sampah nyaris menutupi kali Cisadane. Itulah beberapa contoh bagaimana pentingnya pengelolaan sampah.

Seharusnya, pengelolaan sampah sudah dimulai sejak dari rumah masing-masing masyarakat. Di Bintaro sendiri, sudah banyak warga yang sangat peduli terhadap sampah. Beberapa klaster di Bintaro, seperti Athalia Park, Kuricang, Kasuari, dan lain-lain, mulai melakukan pengelolaan sampah di lingkungan mereka. Beberapa kiat mereka bisa dicontoh oleh pengurus RT/RW.

Menyosialisasikan pemilahan sampah

Ajak warga untuk mulai bersama-sama melakukan pemilahan sampah di rumah masing-masing. Memisahkan sampah organik dan anorganik. Inilah langkah pertama dalam pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga.

Membuat tempat penampungan sampah anorganik

Pengurus lingkungan membuat tempat sampah besar untuk sampah-sampah anorganik, atau sampah yang bisa didaur ulang, seperti botol-botol plastik, sisa kemasan, botol, kertas, dan lain-lain. Warga tinggal memasukkan sampah anorganik mereka ke tempat tersebut. Selanjutnya, pengurus menghubungi pengepul untuk mengambil sampah tersebut.

Baca juga: Aturan Membuat Polisi Tidur di Perumahan

Mengadakan kegiatan bank sampah

Pengurus RT/RW bisa bekerja sama dengan pengepul terdekat. Tentukan satu atau dua hari dalam seminggu untuk mereka datang mengambil sampah anorganik di lingkungan sekitar. Biasanya sampah tersebut dikumpulkan di suatu tempat, lalu pengepul datang dan menimbang. Uang hasil penjualan sampah bisa ditabung dan digunakan untuk keperluan RT/RW.

Mengajak warga membuat eco enzyme

Bukan hanya sampah anorganik yang bisa diolah lagi, sampah organik seperti sisa sayuran, kulit buah, bisa diolah menjadi bahan lain yang sangat bermanfaat, yaitu eco enzyme. Eco enzyme adalah hasil fermentasi limbah dapur organik yang bisa digunakan untuk berbagai macam, mulai sebagai bahan pembersih, disinfektan, sabun, hingga penyubur tanaman.

Pengurus RT/RW bisa bekerja sama dengan komunitas eco enzyme setempat, seperti Komunitas Eco Enzyme Bintaro, atau komunitas Eco Enzyme lain. Komunitas tersebut umumnya sangat terbuka untuk memberikan informasi bagaimana cara membuat eco enzyme.

Baca juga: Bijak Mengolah Sampah Tekstil Dari Rumah

Bersama membuat kompos

Selain dibuat menjadi eco enzyme, sampah organik rumah tangga bisa dimanfaatkan untuk membuat kompos, begitu pula daun-daun kering yang jatuh di lingkungan sekitar. Hasil dari pembuatan kompos ini bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan RT/RW atau dibagikan ke warga untuk menyuburkan tanaman mereka.

 

 

Foto ilustrasi: Pexels

Follow Instagram @ETALASEBINTARO